
Intermittent Explosive Disorder (IED) adalah gangguan pengendalian impuls di mana seseorang mengalami ledakan emosi atau amarah tiba-tiba, sangat berlebihan, dan tidak sebanding dengan pemicunya.
➡️ Contoh: seseorang marah besar hanya karena hal kecil, seperti disalip motor, komentar sepele, atau barang jatuh.
➡️ Setelah ledakan emosi reda, biasanya orang tersebut menyesal atau malu dengan tindakannya.
🔹 Ciri-ciri IED
- Ledakan emosi mendadak – marah meledak tanpa bisa dikendalikan.
- Tidak proporsional – reaksi jauh lebih besar dibanding pemicunya.
- Agresif – bisa berupa teriakan, bentakan, memaki, sampai kekerasan fisik.
- Sementara & cepat mereda – berlangsung beberapa menit hingga jam, lalu reda.
- Penyesalan setelahnya – sering merasa bersalah, malu, atau lelah.
🔹 Contoh Perilaku IED
- Melempar atau merusak barang hanya karena dikritik sedikit.
- Tiba-tiba memukul atau menyerang orang karena merasa tersinggung.
- Marah berlebihan di jalan raya (road rage).
- Berteriak-teriak kepada keluarga/teman karena hal sepele.
🔹 Penyebab IED
Belum ada penyebab tunggal, tapi ada beberapa faktor:
- Biologis: ketidakseimbangan neurotransmitter (serotonin, dopamin).
- Genetik: ada kecenderungan diturunkan.
- Lingkungan: pola asuh keras, sering melihat kekerasan sejak kecil.
- Trauma atau stres berat.
- Kelainan otak di bagian yang mengatur emosi (amigdala & prefrontal cortex).
🔹 Dampak IED
- Hubungan rusak dengan keluarga, teman, rekan kerja.
- Masalah hukum karena kekerasan atau perusakan.
- Rasa malu, bersalah, depresi setelah meluapkan amarah.
- Gangguan fisik: tekanan darah tinggi, sakit jantung, stroke (karena stres emosional ekstrem).
🔹 Diagnosis
IED hanya bisa ditetapkan oleh psikiater/psikolog klinis dengan wawancara klinis.
- Ledakan emosi berulang, minimal 2 kali seminggu selama 3 bulan atau 3 kali dalam 1 tahun dengan kerusakan fisik/kerugian nyata.
- Tidak dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya bipolar, skizofrenia).
🔹 Cara Mengatasi IED
Edukasi keluarga/teman agar bisa membantu menghadapi episode marah.
Psikoterapi
- CBT (Cognitive Behavioral Therapy) → melatih mengontrol pikiran & respon sebelum marah meledak.
- Manajemen emosi → mengenali pemicu, teknik relaksasi, latihan komunikasi asertif.
Obat-obatan (hanya oleh psikiater)
- SSRI (antidepresan, misalnya fluoxetine).
- Obat anti-kejang atau mood stabilizer.
- Obat anti-kecemasan jika dibutuhkan.
Gaya hidup
- Olahraga teratur untuk melepas stres.
- Tidur cukup, pola makan sehat.
- Menghindari alkohol, narkoba, atau kafein berlebihan.